Firman Allah :
“ Katakanlah : ‘Jika kalian
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya, Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah maha pengampun lagi
maha penyayang.” ( Q.s. Ali ‘Imran 3:31)
Cinta adalah perasaan jiwa,
getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai
terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan
wajah yang selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah
merupakkan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat
terlepas. Dalam banyak hal, cinta untuk mengontrol keinginan kearah yang
lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang
mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang
baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang
pilihan dan suci dan orang –orang yang bertaqwa yang selalu berbuat
baik.
Dalam agama Islam diajarkan
bahwa perasaan cinta ditujukan semata mata kepada sang pencipta,
sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama
makhluknya.Justru, cinta pada makhluknya dicurahkan semata-mata karena
mencintai-Nya.
firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165,
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
Allah
menyampaikan mengenai perbedaan dan garis pemisah antara orang-orang
yang beriman dengan yang tidak beriman melalu indikator perasaan
cintanya. Orang yang beriman akan memberikan porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.
Cinta dalam islam terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah
“Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga
kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yg kalian
khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian
sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada)
jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya.
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. 9 (At Taubah): 24).
Cinta
pada tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulnya dan jihad
didalamnya. Cinta pada tingkatan menengah adalah cinta terhadap orang
tua,anak, keluarga, pasangan dan saudara. Adapun cinta pada tingkatan
terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan terhadap harta, keluarga melainkan cintanya terhadap Allah, rasul-Nya dan jihad didalamnya.
Fenomena yang timbul dari tingkatan-tingkatan cinta yang ada akan menimbulkan efek yang berbeda. Pertama, pada fenomena tingkatan cinta yang tertinggi, maka akan membuat seseorag dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , Rasul-Nya dan jihad dijalan-Nya. Dalam kehidupannya sehari-sehari tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia. Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluk-Nya. Kemudian, bagi seseorang yang sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kemudian dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki.
Kedua, Adapun dampak yang disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tidak Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh ikatan
kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tidak Allah tanamkan
rasa cinta pada manusia maka, tidak akan tercipta hubungan social antara
bangsa yang dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal).Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaslahatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
Ketiga, Fenomena Cinta tingkat rendah. Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah
manusia, batu dsb.
2. Menjalin tali kasih kepada musuh-musuh Allah.
3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
4. Mencintai ayah, ibu, anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, Rasul-Nya dan Jihad dijalan-Nya.
Bagaimana islam menggambarkan dan
mengajarkan kepada manusia tentang cinta sudahlah sangat jelas dapat
difahami, namun terkadang manusia banyak yang terjerumus oleh cintanya,
karena apa yang di pahaminya tentang cinta itu tidak sesuai dengan apa
yang di ajarkan dalam islam.