Senin, 08 Oktober 2012

Seharusnya kau panggil mamah...


Edy Home's - Wanita karier, berangkat pagi pulang petang bahkan larut malam. Hanya sebentar tegur sapa dengan anak, apalagi berlama-lama melepas rindu bersama si buah hati. Ini semua ku lakukan untuk mu nak!. Benarkah?

Tak jarang hari libur pun berlalu tanpa Mamah, keluh sang anak.
Si anak jadi begitu sangat dekat dengan sang pembantu, jika saja si pembantu di perkenankan menyusui sang anak majikan saat masih bayi, tentu hal itu akan segera dilakukan oleh pembantunya.

Hari-hari menjelang lebaran adalah puncak-puncaknya, Walau lebaran masih 2 bulan lagi, sang wanita karier berpikir keras menunjukan loyalitasnya pada perusahaan karena produk perusahaan tersebut harus mencapai keuntungan 3x lipat dari tahun lalu.

Setiap hari hanya sekedar untuk sarapan pagi bersama anaknya saja, sudah lama di tinggalkan oleh wanita karier itu. Bahkan memasuki bulan ramadhan, sahur&buka si anak hanya di temani pembantu dan sopir.

Seperti lazimnya para pembantu rumah tangga, bahwa jika lebaran mereka semua mudik ke kampung halaman untuk berlebaran dengan keluarga. 
Seminggu sebelum lebaran sang pembantu pamit untuk mudik dan seperti tahun-tahun sebelumnya, akan kembali lagi setelah 2 minggu berlebaran di kampung.

Si anak merasa kesepian dan akhirnya sakit. Sebenarnya anak tersebut tidak selalu hanya ditemani pembantu dan sopir, masih ada papa-nya yg mau menemani sang anak makan dan aktivitas lainnya. 
Namun sang anak tak mau bersama dengan papa-nya, karena sebagai bentuk protes kepada papa&mamah, kalo hanya papa saja, aku tak mau makan bareng, atau kalo hanya mamah saja..aku tak mau makan, aku mau papa dan mamah bareng makan bersama, kalo gak komplit, aku gak mau makan..titik! " kata sang anak "

Dalam demamnya yg tinggi sang anak selalu berteriak-teriak, sang mamah berupaya keras membujuk agar anak tersebut mau di peluknya dan papa nya pun demikian..namun usaha mereka semakin sia-sia saja dan malah makin membuat teriakkan anaknya lebih kencang lagi. Kalau hanya sekedar teriakan saja si mamah masih sanggup menahannya, namun ada satu hal yang membuat si mamah berlinang air mata.

Anaknya selalu memanggil-manggil pembantunya...bi...bi..bibi...bibi dimana, aku sakit bi..aku sendiri dirumah, mamah dan papa sibuk kerja, aku sendiriiiii bibiiiiiiii...igau si anak semakin menjadi. Sang mamah tersayat hatinya, hiks..hiks..hiks, nak ini mamah ada di samping mu, panggil mamah nak...panggil mamah nak, aku ingin kau panggil mamah nak, akuuuu ada disamping muuuuuuuuu, mendekatlah nak, peluk mamah mu erat-erat.

Sang anak tak lagi mengigau dan tak ada lagi suara memanggil-manggil si bibi, karena hari itu adalah perjumpaan yg terakhir dengan mamah dan papa.

Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...teriakan itu membelah keheningan malam.

Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk...jangan tinggalkan mamah nak, mulai besok mamah akan berhenti kerja, mamah ingin bersama muuu..

Teriakannya tak mengubah keadaan, bahkan keinginan sang mamah pun tak terwujud..

Nak..Seharusnya kau panggil mamah..., keinginan di saat-saat terakhir berjumpa dengan anaknya pun tak tercapai, sang mamah ingin sekali saja ada disebut dalam igauan anaknya...dan ternyata, sampai ajal menjemput...tak satu pun terucap kata...m a m a h...

Arghhhhhhhhhhhh...dalam penyesalan yang panjang, wanita karier itu melangkah gontai menuju kamar mandi untuk wudhu.

Di sepertiga malam bersimpuh memohon ampun seraya berucap.." Ya Allah, tak akan ku sia-sia kan, anak ku yg kini masih dalam kandungan, semoga saat lahir dan hari-hari tumbuh kembangnya, aku dapat bersamanya. Mengisi hari-hari indah bersama anak ku...Aamiin
Sumber : http://www.islamedia.web.id/2012/06/seharusnya-kau-panggil-mamah.html

TOTAL PENAYANGAN

Recent Posts

Recent Posts

Chrome Pointer

SARAN DAN KRITIK