www.sinjaikab.go.id
Kabupaten
Sinjai mempunyai nilai histories tersendiri, dibanding dengan
kabupaten-kabupaten yang di Propinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari
beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam
federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam
federasi Pitu Limpoe.
( Sinjai district has its own historical value, compared with districts
in South Sulawesi Province. It used to consist of several kingdoms, such
as belonging to the royal federation Tellu Limpoe and the Kingdom - the
kingdom who are members of the federation Limpoe Pitu.)
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan yakni Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
(Tellu limpoe consists of the kingdoms that are near the coast of the
Kingdom of the Tondong, Bulo-Bulo and Lamatti, and Pitu Limpoe the
kingdoms in the highlands of the Kingdom of Turungen, Manimpahoi, feels,
Pao, Manipi, Joy and Bala like.)
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan
demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara
kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
(The nature and character of society is reflected in the system of
democratic government and the sovereign people. Political communication
between the kingdoms of the foundation structure is built through the
courtesy That Sipakatau Mutual respect, and uphold the values of the
concept of "Sirui Menre 'Tessirui No' which attract each other up, never
pull each other down, mallilu sipakainge meaningful if err remind each
other.)
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang terjadi diantara mereka.
(Even from the three kingdoms are incorporated into the Empire
Guild Tellu Limpo but the wheels of government continue to run in their
respective areas without any conflicts and wars that took place between
them.)
Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai di masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya.
(When exploring the relationship between the kingdoms in Sinjai district
in the past, then It appeared clearly that it is closely intertwined
with the kinship of the Bugis language called SIJAI means the same
seam.)
Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya "PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO" artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.
(This is made clear by the idea of LAMASSIAJENG King Lamatti X to
strengthen the union between the kingdom and Bulo-Bulo Lamatti with the
phrase "PASIJA Bulo-Bulo SINGKERUNNA LAMATI" means to bring together
faith-Bulo Bulo Lamatti with, so that after death he held with PUANTA
MATINROE RISIJAINA .)
Eksistensi
dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa
lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng
ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di
Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu,
benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena
didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.
(Existence and identity of the kingdoms that exist in the district in
the past Sinjai increasingly clear with the establishment of the Citadel
in 1557. This fortress known as Fort Balangnipa, as established in what
is now Balangnipa Sinjai.Disamping Capital District, the fort is also
known as Fort Tellulimpoe, since it was established jointly by the 3
(three) Lamatti the kingdom, Bulo-Bulo, and then restored by the Dutch
Tondong through Manggarabombang war.)
Agresi
Belanda tahun 1859 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam
sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang
Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan
belanda.
(Aggression Netherlands in 1859 - 1561 occurred the great battle that is
known names in the history or war Rumpa'na Manggarabombang
Mangarabombang, and in 1559 went to Fort Balangnipa dutch.)
Tahun 1636 orang
Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai
menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya
Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di
suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa
pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan
Bulo-bulo untuk melakukan peran terhadap kerajaan Gowa.Peristiwa ini
terjadi tahun 1639.
(In 1636 the Dutch began to come to the area Sinjai. Sinjai kingdoms in
the Netherlands strongly opposes efforts to play off against the hard
efforts unntuk divisive Dutch empires in South suilawesi. This
culminated in the murder of Dutch people who tried to persuade the
Kingdom of Bulo-Bulo to perform the role of the monarchy Gowa.Peristiwa
occurred in 1639.)
Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG
Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda
Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolah dengan tegas.
(This is caused by people Sinjai perpegan remain steadfast in TOPEKKONG
AGREEMENT. In 1824 the Governor-General of the Dutch East Indies VAN DER
CAPELLAN came from Batavia to persuade the I-Bulo Bulo Cella whitewater
XXI to accept the agreement and permit you Bongaya Establishing Loji or
Dutch Trade Office in lappa but firmly rejected.)
Tahun 1861 berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah
Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan
Goster Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote
Gost menetapkan pembangian administratif untuk daerah timur termasuk
residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa
kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari
beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi,
Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.
(In 1861 by Governor's Decree and the Sulawesi Region, surrender Sinjai
Tellulimpoe region into one region as Goster Districten government. On
24 February 1940, Governor Grote GOST establish administrative
pembangian to the east including residency Celebes, where Sinjai
together some of the other districts existed as onther Afdeling Sinnai
consists of several adats Gemenchap, namely Cost-Bulo Bulo, Tondong,
Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-Bulo, Manipi and Turungeng.)
Pada
masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah
sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.
(During the Japanese occupation, the structure of government and carved
his name in accordance dengaan Bala needs of Japanese soldiers
stationed in Gojeng)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.
(After the Declaration of Independence in 1945 which is dated
October 20, 1959 Sinjai officially became a county pursuant to Act No.
29 of 1959.)
Dan pada tanggal 17 Pebruari 1960 Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingak II Sinjai yang Pertama.
And on 17 February 1960 Abdul Latif was appointed to be Head of the First Sinjai Tingak II.
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 7 (tujuh) orang putra terbaik yakni dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak Andi Rudiyanto Asapa, SH, MH.
Dengan motto SINJAI BERSATU Kabupaten sinjai terus maju dan berkembang menuju masa depan yang cerah..............!!!
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 7 (tujuh) orang putra terbaik yakni dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak Andi Rudiyanto Asapa, SH, MH.
Dengan motto SINJAI BERSATU Kabupaten sinjai terus maju dan berkembang menuju masa depan yang cerah..............!!!
(Until now the district has dinahkodai Sinjai by 7 (seven) and the best
sons of the District is currently chaired by Mr Andi Sinjai Rudiyanto
Asapa, SH, With the motto united Sinjai Sinjai district continues to
progress and develop towards a bright future ..............!)
Adapun Bupati yang pernah menjabat sebagai Kepala Daerah di Kabupaten Sinjai adalah :
The Regent who has served as Head of Region in Sinjai District are:
1. Mayor Abdul Lathief | Tahun 1960 - 1963 | ||||
2. Andi Azikin | Tahun 1963 - 1967 | ||||
3. Drs. H. Muh. Nur Thahir | Tahun 1967 - 1971 | ||||
4. Drs. H. Andi Bintang | Tahun 1971 - 1983 ( 2 Periode ) | ||||
5. H. A. Arifuddin Mattotorang, SH | Tahun 1983 - 1993 ( 2 Periode ) | ||||
6. H. Muh. Roem, SH, M.Si | Tahun 1993 - 2003 ( 2 Periode ) | ||||
7. Andi Rudiyanto Asapa, Sh, LLM | Tahun 2003 - 2013 ( 2 Periode ) |